Jumat, 04 Maret 2016

Wakil dari Malaikat

Aku takkan bisa makan tanpa hujan.. 
Aku akan rugi bila hujan..

     Dua kata itu lah yang saling menguatkan ego nya masing-masing. Sebenarnya hujan bermanfaat sekali bagi yang membutuhkan dan begitu pula sebaliknya. 
     "Kenapa hujan belum juga turun.." (anak kecil itu terlihat merenung sambil di pegangnya sebuah payung berwarna merah). "Lagi-lagi hujan! Aaarrrggghhhhhh!!" (terlihat beberapa orang kesal akan turunnya hujan).
     Jadi yang mana yang harus kita ambil contoh? Jawabannya tidak untuk keduanya. Mengapa demikian? Iya, karna sang Maha Kuasa telah memberikan takdir bagi setiap Umat-Nya, sikap kita yang paling utama ialah bersyukur dan bersabar. 
     Malam itu.. Hujan turun begitu derasnya, ada seorang pemuda tampak nya dia baru pulang dari kantor dan seorang anak kecil berusia sekitar tujuh tahun dengan pakaian lusuhnya itu dia membawa-bawa payung berwarna merah. Dihampiri lah si pemuda itu, "Kak.. Ojeg payungnya?" Tanya anak kecil tersebut. "Siapa kamu? Ih sana jauh jauh, kamu kotor!" Jawab pemuda tersebut dengan lancangnya. Anak kecil tersebut hanya terdiam menundukkan kepala nya. Dia tak mengerti apa-apa, hanya saja dia ingin mencari nafkah yang kebetulan sang ibunda nya sedang terbaring lemah di rumah, tampaknya sang ibunda sedang sakit.
     Beberapa menit kemudian, hujan tak kunjung reda. Sedangkan jarak sang pemuda tersebut dari kantor menuju rumahnya cukup jauh. Tepatnya pukul 19.30 WIB, "Bagaimana ini.. Aaarrrggghhhh aku tak bisa pulang kalo begini caranya" Sahut pemuda terserbut. Anak kecil tersebut masih terlihat terdiam duduk di sela-sela lantai toko yang tidak jauh dari kantor pemuda tersebut. Pemuda tersebut tetap saja mengomel di tengah derasnya hujan, sambil sesekali menengok ke arah anak kecil tersebut.
     Waktu tepat menunjukkan pukul 20.00 WIB. "Ini sudah terlalu larut, saya harus segera mungkin pulang. Tapi? Bagaimana dengan dokumen ku ini semua? Mana kendaraan menuju rumah ada di sebrang sana!!" Terdengar lagi pemuda tersebut sedang mengeluh, sesekali dia menengok ke anak kecil itu. Di hampiri lah si anak kecil tersebut. "Heh kamu! Iyaaa kamu!" Ucap pemuda tersebut. Anak kecil tersebut menoleh dan menjawab "Saya kak? Mau ojeg payung nya kak? Sini saya antar kakak sampai tujuan." Sungguh tampak terlihat raut wajah yang penuh harap dari anak kecil itu. Pada akhirnya pemuda tersebut menerima tawaran anak kecil tersebut. "Baiklah, antar saya ke sebrang sana." Masih terlihat ketus raut wajah pemuda tersebut. "Baiklah kak, ini payungnya, silahkan pakai" Anak kecil tersebut menyodorkan payung merah yang dia pegang. "Payung untuk kamu mana?" Tanya pemuda tersebut. "Aku tidak menggunakan payung kak, makannya pakaianku kotor, silahkan kakak pakai saja" Jawab anak kecil tersebut dengan polosnya. Pemuda tersebut sedikit tidak tega setelah mendengar anak kecil tersebut berkata seperti tadi. Sejenak pemuda tersebut terdiam, kelihatan seperti mengingat sesuatu. 
    Tiba-tiba, pemuda tersebut menggendong anak kecil itu. "Kenapa kakak menggendong aku? Aku kan kotor, nanti pakaian kakak kotor juga, turunkan aku kak." Ucap anak kecil tersebut. "Diam. Kamu mengingatkan kakak dengan adik kakak yang meninggal lima bulan yang lalu karna tertabrak saat dia akan menjemput kakak ketika hujan." Pernyataan tersebut terungkap oleh pemuda itu, anak kecil itu hanya terdiam. Dia tidak berkutik sedikitpun saat pemuda tersebut menggendongnya sampai sebrang jalan sana. 
     "Akhirnya sampai, makasih ya adik kecil. Ini upah untukmu.." Sembari menyodorkan uang 50rb rupiah. Tapi.. "Tidak kak, ambil saja uang kakak, aku ikhlas ko menolong kakak, semoga adik kakak masuk surga ya, semoga dia tenang, karna kakak nya sudah saya antar dengan baik sampai tujuan.. Dadah kakak" Ucap anak kecil itu sambil beberapa langkah meninggalkan pemuda tersebut. Pemuda tersebut hanya terdiam..

Kamis, 03 Maret 2016

Mengenang

Dulu, sepucuk surat engkau sampaikan
Kini, sepucuk pesan kau kirim 
Bapa dengan pakaian orange mengirimkan kertas berupa wajahmu
Kini, kamu berada dimanapun wajahmu dapatku lirik kapanpun

Dulu, aku menghitung langkah beberapa lamanya
Kini, tidak begitu lama aku dapat tiba di tujuan 
Dulu, tawa itu aku rasa ketika kita bersama 
Kini, ketika bersama, berdiam sibuk dengan segala hal nya 

Bimo.. Main yuk? Itulah saat dulu
Hey bro, kamu dimana? Tak perlu mengetuk pintu rumah, mereka sudah bertemu 
Kapan ini semua dapat kami ulang? Rasanya..
Entahlah.. 

Rabu, 02 Maret 2016

Bahkan aku sebut ini kerinduan

Terdiam..

Seketika terbesit bahwa ini takkan sama
Elusan tangan pada dada sekedar mengobati semuanya yang rapuh
Masih mampu untuk menyembunyikan ini
Masih mampu untuk sekuat ini

Tersenyum memandang takdir untukku
Meski sebenarnya berteriak jika itu bisa akan ku lakukan 
Berjalan membawa bumi yang begitu berat
Luka dalam telapak bahkan ku hiraukan 

Kini aku penggantimu
Berada dan berusaha dalam keadilan 
Terkadang ku menyerah
Tapi ini bukan saatnya

Mengulas kembali nyanyian itu ketika kau lelapkan aku
Kini aku yang harus bernyanyi sendiri 
Mengulas kembali engkau membuat kami ada selalu dalam kehangatan
Kini aku yang harus mengadakan itu semua

Terpisah.. Itu yang mampu aku wakilkan dari semuanya
Engkau pejuang tangguh bagiku
Ku harap engkau selalu mengenang kami 
Doakan aku.. 

Selasa, 01 Maret 2016

Diary

     Hari kedua, masih dalam suasana rajin-rajin nya mencari inspirasi untuk menulis di OneDayOnePost. 
     Aku terbangun dari perjalanan panjang meraih angan hanya dalam mimpi. Ada pepatah mengatakan bahwa bermimpi lah sejauh mungkin untuk mencapai kesuksesan dan hidup berawal dari mimpi. Sedikit extrim mendengar pepatah itu, tapi ya sudahlah setiap orang memiliki pepatah nya masing-masing. 
     Ku buka telepon genggam ku. Cukup terkejut saat ku buka grup ODOP. Beberapa dari mereka sudah selesai mengirim Link hasil posting an mereka di hari kedua. Sempat terpacu untuk sesegera mungkin menulis, tetapi mata ini sudah tak mampu lagi untuk di ajak kompromi.
  Saya beristirahat sejenak untuk memulihkan sejenak segala aktivitas yang cukup melelahkan pagi itu. Saat ku terbangun, seperti biasa nya ku buka telepon genggam ku untuk sekedar menengok jam, kala itu hujan turun menyelimuti bumi di pagi hari. "APA?" terkejut saat ku lihat jam di handphone ku. Segera mungkin ku bergegas bersiap-siap untuk bekerja, memulai aktivitas ku seperti biasanya.
     Kegiatan ku setiap harinya, terus-menerus seperti biasa. Tiba di tempat bekerja, mempersiapkan segala nya, membersihkan lokasi pekerjaan agar terlihat enak untuk dipandang. Lelah, masih menyelimuti tubuh ini. Karena aktivitas yang memang membuatku cukup dibuat seperti ini. Tapi yasudahlah, saya tetap harus fokus menjalankan rutinitas.
    Setelah selesai mempersiapkan segalanya. Saya duduk bersantai sambil menengok kembali telepon genggam ku, ku lirik grup ODOP ku. Aduh ternyata sudah banyak yang menulis hari ini, aku cukup tertinggal jauh. Saya mulai memikirkan apa yang hari ini akan saya catat. Belum terpikir apapun ternyata, hmmm mungkin faktor kelelahan masih menempel di tubuh ini. Dan akhirnya saya sedikit bercerita mengenai aktivitas saya hari ini. 
     Beberapa blog yang lain telah saya kunjungi, tulisan-tulisan mereka sangat luar biasa bermanfaat. Beberapa menjadi inspirasi saya dalam menulis. TULISAN